BERBAGAI METODE DAN MENGHUBUNGKAN PENELITIAN DENGAN ANAK-ANAK DI PEDALAMAN BOLIVIA



Samantha Punch

Melakukan penelitian adalah pekerjaan yang rumit, bergantung pada negosiasi, penyesuaian diri, pilihan personil dalam mencari sesuatu yang lain dari keterangan orang dan persiapan yang sangat teliti.
(James dkk, 1988: 169)

Pendahuluan
Bab ini berdasarkan penelitian etnografi dalam komunitas pedalaman Courquiles di Bolivia Utara (S. Punch 1998). Studi ini fokus pada negosiasi anak-anak dalam rumah, sekolah, pekerjaan, dan permainan (S. Punch 2000, 2001). Selama di lapangan pekerjaan, aku tinggal selama dua periode di Churquiales (terdiri dari kunjungan singkat lebih dari dua tahun dan periode intensif enam bulan kerja lapangan). Aku menggunakan metode kualitatif, termasuk informal dan wawancara semi struktur dan pengamatan semi partisipan dengan sebagian terbesar anggota sampai 18 rumah tangga. Pengamatan penuh terhadap partisipan anak-anak mustahil bagi orang dewasa, terutama karena ukuran fisik (Fine and Sandsrorm 1988), maka peran pengamat semi partisipan lebih cocok (James dkk. 1988). Peran ini aku ikuti di Bolivia, dimana ada batasan memungkinkan peneliti untuk berpartisipasi dalam aktivitas anak-anak. Sebagai contoh, aku bisa gabung dalam permainan mereka dan meminta mereka untuk mengajariku bagaimana caranya bermain.
            Sebagai tambahan, aku meluangkan tiga bulan melakukan pengamatan kelas dan metode task-based di komunitas sekolah dengan anak antara umur 6 dan 14 tahun. Penelitian school-based terdiri dari masa anak-anak menulis diary, mengambil foto, menggambar, melengkapi lokakarya dan menciptakan diagram laba-laba dan aktifitas di atas meja. Akhir dari dua metode diadaptasi dari Participatory Rural Appraisal Techniques (Teknik Penilaian Partisipan yang tinggal di Pedalaman) (lihat Slocum. 1995; PLA Notes 1996). Sebagai contoh, tujuan dari aktifitas di atas meja adalah menemukan aktifitas dan kerja yang mereka lakukan. Mereka mengisi daftar semua agrikultural, berkaitan dengan binatang dan tugas-tugas domestik yang mereka tahu bagaimana melakukannya, sebagai indikasi apakah mereka menikmati aktifitas tertentu atau tidak, dan apakah aktifitasnya musiman atau sepanjang tahun.
            Bab ini fokus pada pembangunan dan negosiasi hubungan penelitian khususnya dengan anak-anak, dan penggunaan metode yang beraneka, terutama memadukan penelitian semi partisipan dan wawancara informal. Bagian pertama memperlihatkan perkembangan di lapangan, dan kesulitan dan implikasinya terjadi tidak hanya bagi orang dewasa meneliti anak-anak, tapi juga orang luar belajar budaya yang berbeda. Bagian kedua dari bab ini membicarakan keuntungan dari bagaimana mengkombinasikan beberapa metode untuk penelitian semacam ini dengan anak-anak dan orang dewasa di lingkungan kultur yang berbeda, termasuk bagaimana data tersebut direkam.

Menjadi Orang Dewasa dan Orang Luar: Sebuah Etnografi dan Pendekaan Refleksif
Studi ini membicarakan implikasi melakukan penelitian dengan anak-anak, tidak hanya sebagai orang dewasa, tapi juga orang luar. Kesulitan utama melakukan penelitian dengan anak-anak dengan kultur yang berbeda adalah pengalaman Dunia Minoritas (a Minority World) dunia anak-anak meliputi pemahaman masa anak-anak secara spesifik. Masa anak-anak di Dunia Minoritas adalah waktu bermain dan sekolah, bebas tanggungjawab. Maka penelitian ini dimaksudkan untuk memahami dunia anak-anak yang tinggal di pedalaman. Mempelajari masa anak-anak dengan kultur yang berbeda lebih mudah. Dikarenakan asumsi bahwa masa anak-anak itu sangat kuat dan jarak antar dua budaya mungkin memfasilitasi dan prosesnya refleksif. Seperti apa yang Fetterman sarankan, ’kadangkala keadaan yang akrab malah terlalu akrab, dan peneliti mengambil suatu peristiwa yang diperbolehkan dengan meninggalkan data yang penting tanpa catatan dan tanpa rekaman.’ (1989: 46).
            Etnografi adalah sebagian besar strategi penelitian yang sesuai. Sebagai orang kulit putih, wanita kelas menengah tumbuh dengan lingkungan urban dalam dunia minoritas, aku belajar dari mereka dimana latar belakangku dibanding mereka berbeda secara signifikan. Secara natural latar belakangku telah diciptakan bias: walaupun berusaha terbaik untuk menangguhkan judgement dan ketidakpercayaan, siapa pun, apa yang dia percayai dan lakukan, secara implisit membentuk proses dan hasil penelitian’ (James, 1993: 8). Walaupun kultur, sosial dan ekonomi berbeda-beda antara diriku sendiri dan partisipan penelitian, dengan hidup di sebuah komunitas untuk jangka waktu yang lama, aku bisa menjadi lebih dekat pada kehidupan mereka dan lebih dekat pada pemahaman budaya dan gaya hidup mereka.
            Pendekatan etnografi memberi pengaruh pada penelitian, karena mereka menjadi bagian dunia sosial bahwa mereka belajar (Hammersley dan Atkinson 1995). Refleksifitas adalah bagian vital penelitian etnografi, sebagai partisipasi di dunia sosial yang dipelajari memerlukan refleksi konstan di atas proses sosial dan karakteristik personil dan nilai penelitian, yang menginformasikan data maupun interpretasi selanjutnya dan data analisis. Hal ini penting untuk menjaga rekaman pengamatan keseluruhan proses penelitian, khususnya konteks dan bagaimana anak-anak bereaksi. Proses bagaimana data dibuat memainkan bagian vital dalam interpretasi (lihat Mason 1996). Dengan menganalisis jalan dimana partisipan merespon kehadiran peneliti, mungkin distorsi diperkenankan dan diminimasikan walau tidak secara total dieliminasi (lihat Mason 1996). Sebuah pendekatan refleksi penting terutama dalam penelitian anak-anak: sebagai peneliti orang dewasa perlu mengkonfrontasi perilaku terhadap terhadap anak-anak maupun peran sebagai orang dewasa dalam proses penelitian dengan subyek anak.
            Etnografi adalah pendekatan praktis berdasarkan waktu, seperti dalam kasus ini, setting penelitian agak terpencil. Juga berarti bahwa banyak partisipan, khususnya anak-anak, telah mengalami kontak yang terbatas dengan orang-orang dari luar komunitas mereka. Banyak anak tidak pernah bertemu dengan orang Eropa kulit putih.sebelumnya. Akibatnya, pas awal penelitian, aksi mereka dengan tertawa terkikik gugup. Ketika aku berusaha berbicara dengan mereka, mereka malah lari dan sembunyi di belakang orang tua mereka. Percakapan inisial meliputi jawaban single-word (kata tunggal) dan pada akhirnya mereka menjadi terbiasa dengan kehadiranku. Anak-anak bisa bercakap denganku setelah aku mengunjungi rumah mereka beberapa kali, dan ikut beraktifitas yang sama dengan mereka sehingga aku bisa membentuk ikatan kepercayaan selama berlangsungnya pengumpulan data tentang hidup mereka secara terperinci.

Membangun hubungan erat
Hubungan alami peneliti dengan para partisipan harus dinyatakan sepanjang periode penelitian, khususnya karena para peneliti sering khawatir tentang kesesuaian kelakuan mereka di lapangan, khususnya ‘metodologi, personalitas dan moralitas mereka’ (Devereux 1992: 43). Usaha sadar harus dibuat untuk merekam munculnya ide, kesulitan-kesulitan dan merubah hubungan yang erat dengan para partisipan.
            Aku menemui beraneka masalah praktis di lapangan, termasuk: adaptasi dengan kosakata regional; mempelajari bagaimana berhubungan dengan anjing-anjing yang ganas; masalah-masalah kesehatan; dan kesulitan transportasi. Beberapa atribut personilku bisa digunakan untuk keuntunganku: bahwa aku adalah sati-satunya wanita muda berarti banyak wanita tua ingin merawatku. Bagaimanapun, suatu dilema harus mengatasinya bila wanita luar mencuri bayi-bayi Bolivia dan menjualnya di negara mereka. Satu kali, ketika anak berumur 4 tahun sedang duduk di pangkuanku, seorang tetangga memperingatkan seorang ibu rumah tangga untuk mengambilnya dariku atau suatu hari aku akan mencurinya. Untungnya hubunganku cukup baik dengan rumah tangga itu dan mereka tertawa mendengar saran itu.
            Pada perjalanan ke kota aku membawa satu tas nasi atau kopi, atau men-charge kembali bateri yang digunakan untuk kaset rekaman, atau mengganti botol gas. Dari awal aku menekankan bahwa proyek dan penelitianku dipelajari secara tidak langsung. Walaupun dibentuk hubungan kepercayaan yang erat, mereka tetap terkejut senang ketika aku menjaga janji ini, karena ini adalah pertama kali mereka menerima dokumen tertulis tentang komunitas mereka sendiri. Seperti Dolores, salah satu responden, mengatakan: ‘banyak orang telah datang ke sini untuk menanyakan pertanyaan tapi kemudian mereka menghilang dan kami tidak pernah bertemu mereka lagi, dan kami tidak pernah mencari mengapa mereka menanyakan kami pertanyan-pertanyaan itu.’
            Keseluruhan dari sebagian besar kerja lapangan, aku hidup dengan dua rumah rangga: keluarga Marianela (10 tahun) dan Dionicio (12 tahun). Selama mengunjungi komunitas aku sudah diterima khusus dan menjadi teman bagi keluarga ini, dan ketika aku kembali untuk menginap dalam waktu lama, mereka berdua memintaku untuk tinggal dengan mereka. Aku akan menginap selama dua minggu dengan keluarga Dionicio dan kemudian satu minggu dengan keluarga Marianela. Keluarga tidak akan menerima bayaran sewa, jadi aku membayar kembali kesediaan menerimaku dengan membawa makanan atau hadiah lain dari kunjunganku ke kota. Di ke dua rumah tangga ini, aku tidur di ruang yang sama sebagai kelurga, mempersiapkan dan makan dengan mereka, menjadi lebih seperti anggota keluarga daripada tamu istimewa. Berarti aku bisa mengamati dan berpartisipasi dengan kehidupan mereka, sering menyaksikan aktifitas anak-anak dari mereka bangun tidur sampai mereka tidur.
            Hubunganku dengan kedua ibu mereka, Felicia dan Dolores, dua rumah tangga menjadi lebih kuat sebagai kemajuan di lapangan kerja. Kedua wanita ini adalah kunci para informan untuk cross-check informasi, meminta nasihat dan menanyakan tentang pokok masalah yang sensitif. Mereka dalah sumber vital kaya informasi, dan mereka juga terbiasa dengan pertanyaanku. Tempat percakapan baik adalah di dapur sambil aku membantu mereka menyiapkan makanan, atau di sungai sambil mencuci pakaian. Karena mereka wanita, jadi merasa nyaman dan terkontrol.
            Anak-anak Felicia dan Dolores juga menjadi kunci informasi yang penting dengan membiarkanku masuk dalam dunia mereka. Butuh waktu lama membentuk hubungan baik penuh kepercayaan dengan anak-anak dibandingkan orang dewasa, karena kekuatan hubungan yang tidak sama antara seorang peneliti dewasa dan partisipan anak. Aku meluangkan waktu banyak dengan anak-anak ini: menemani mereka pada tugas harian mereka, bermain dengan mereka, berjalan ke sekolah dengan mereka, mengamati perkerjaan apa yang mereka lakukan, lagu apa yang mereka nyanyikan, permainan apa yang mereka mainkan dan bagaimana mereka bernegosiasi dalam hubungan mereka dengan orang tua dan saudara kandung.
            Akhirnya aku mulai lebih santai, dan membuka diri tentang dunia sosial. Dionicio adalah contoh yang baik bagaimana hubungan itu bisa mengubah waktu.

Dionicio
Dionicio adalah putra Felicia dan berumur dua belas tahun. Pertama kali dia sangat malu denganku. Dia biasa sembunyi dibalik pohon atau menunggu dekat pintu yang melayang-layang tanpa mengatakan apapun. Berangsur-angsur dia merasa bisa menjadi sama denganku tapi respon pertanyaanku hanya satu suku kata. Seorang pemecah es yang berhasil membuatnya tertawa dengan mainan yang aku bawakan, ‘lewati anak babi kecil’, yang aku mainkan di sore hari dengan Dionicio, kedua saudara laki-laki dan perempuannya. Aku kemudian mulai menemani mereka pada tugas harian mereka, seperti mengambil air ke sungai dan memerah susu kambing. Aku menemukan kesulitan menjaganya dengan Dionicio yang gesit berlari ke atas sisi gunung mengitari kambing-kambing. Dia menertawaiku sebagai sesuatu yang ‘lucu karena kecerobohan orang dewasa’ (Ennew dan Morrow 1994: 64) karena aku tidak tahu bagaimana cara memerah susu kambing.
            Ketika aku mulai melakukan penelitian school based aku berjalan ke sekolah dan pulang sekolah dengannya. Pertama dia mencoba mempermalukanku di kelas karena dia lebih percaya diri denganku dan tahu aku lebih baik daripada murid lain. Dia mendorong dan mengujiku dalam peran baru kami sebagai guru dan murid. Anak-anak sering menguji orang dewasa (Fine dan Sandstorm 1988) dan: “Ketika anak-anak berpikir kamu adalah seorang pendengar, mereka akan memulai percakapan denganmu. Jika mereka tahu kamu lambat mengkritik dan susah terkejut, mereka akan bicara denganmu tentang apapun dan segalanya.’ (Houghton dan McColgan 1995: 69).
            Aku tidak setuju anak-anak perlu bicara mengenai apapun satu kali seorang peneliti bisa memperoleh kepercayaan mereka, tapi berangsur-angsur mereka akan membolehkan akses terbaik untuk rahasia dan dunia mereka sebagai jarak sosial antara peneliti dewasa dan partisipan anak terkurangi (Thorne 1993). Di saat Dionicio menjadi kooperatif denganku di kelas dan dia senang menunjukkan hubungan terbuka kami di sekolah. Dia mulai membelikanku permen dan es loli waktu istirahat dan memberinya di depan anak-anak lain. Saat pertama aku canggung, tidak terbiasa dengan anak-anak yang memberikanku sesuatu, terutama ketika aku tahu mereka punya sedikit uang, dan aku tidak yakin apakah mengembalikannya. Pada awalnya aku diam saja, tapi aku memutuskan, jika ketika dia membelikan dirinya sesuatu saat istirahat dia punya dua dan memberikanku satu, kemudian aku bisa melakukan hal yang sama. Akibatnya, pada hari ketika aku beli sesuatu, aku beli dua dan memberikannya satu sama seperti yang dilakukannya padaku. Anak-anak lain (awalnya aku merasa khawatir) tidak terkejut seolah-oleh mereka tahu kalau aku tinggal seatap dengannya dan mengira hubungan ini alami.
            Aku akhirnya tahu bahwa hubungan kami telah cukup jauh. Aku senang dia cukup berani denganku mengatakan apa yang dia pikirkan. Satu kali hubungan kepercayaan kami berkembang dia mulai memberiku aneka informasi, khususnya jalan menuju dan pulang sekolah ketika kami sendirian. Sebagai contoh dia menceritakan rahasia padaku beberapa kali dia mengambil beberapa telur yang dia temukan dan menjualnya sehingga dia bisa membeli beberapa permen. Aku sering menanyakannya tentang anak-anak di sekolah, dan juga aku tanya ibunya tentang orang-orang lainnya di suatu komunitas. Akses informasi itu memungkinkan setelah membangun hubungan kepercayaan beberapa lamanya.

            Bagaimanapun adanya peringatan aspek tersembunyi kehidupan anak-anak terhadap orang dewasa ketika anak-anak mengatakan sesuatu dengan berani dan memintaku untuk tidak mengatakannya pada orang tua, aku harus hati-hati untuk tidak menyebut mereka ke orang tuanya atau gurunya. Sebagai contoh, satu kali aku bertemu dua anak pergi memancing dan mereka berkata bahwa mereka seharusnya menjaga induk sapi. Mereka memintaku untuk tidak mengatakannya pada ibu mereka jika aku melihatnya. Akibatnya, ketika aku bertemu ibu mereka dan dia menanyakan jika aku melihat anak-anaknya aku memilih berbohong dan mengatakan tidak

            Membentuk hubungan kepercayaan perlu waktu lama dan berbeda dengan orang-orang. Beberapa orang tidak pernah curiga kepadaku sebagai orang luar yang berkunjung ke komunitas mereka. Bermacam tanda mengindikasikan aku lebih diterima.
            Hubungan kekerabatan menguat seiring waktu dan aku belajar banyak tentang hidup anak-anak dan orang dewasa dalam sampel 18 rumah tangga. Secara etik perhatian mereka tidak membuatku nyaman karena memperoleh kepercayaan mereka dan terlalu berlebih bagiku untuk mendapatkan data tentang kehidupan mereka. Kadang-kadang aku merasa memanipulasi teman dekatku untuk mendapatkan data yang bagus. Hubungan dekat ini juga bisa memicu masalah seperti susah untuk beralih percakapan yang sangat informal ke yang lebih formal membicarakan pokok masalah tertentu, walaupun sebagian besar kasus yang menggelisahkanku tidak diperlukan. Untuk membandingkan jawaban efektif mereka, aku harus menulis catatan, yang mana aku merasa kadang-kadang di kacaukan dengan mengalirnya wawancara yang lebih informal, yang akan direkam setelah itu.

Negosiasi Peran Peneliti
Sebelum pergi ke Bolivia aku berharap melakukan kelas observasi di suatu komunitas sekolah karena ini menjadi kesempatan untuk mengamati anak-anak di lingkungannya jauh dari orang tua mereka. Bagaimanapun, reaksi guru terhadap permintaan seperti itu tidak merasa yakin dan aku khawatir kalau mereka merasa tidak nyaman. Ukuran kelas yang kecil, bangku dan kursi yang kecil tidak sesuai dengan ukuran fisikku sehingga hal itu mengganggu kelas, menyebabkan anak-anak memandang terkikik.
            Aku mulai meminta anak-anak untuk menggambar kehidupan mereka di komunitasnya dan mengajari mereka bagaimana menulis diary. Kelas itu berjumlah 22 anak. Diary mereka merupakan informasi penting tentang keseharian dan kehidupan rutin anak-anak.
            Aku juga menyediakan kertas kerja untuk menulis kehidupan mereka, beberapa berhubungan dengan metode task-based yang lain. Sebagai contoh pertanyaan pada satu kertas kerja mengenai aspek kehidupan anak-anak di suatu komunitas dilengkapi dengan gambar dan foto yang mereka ambil. Kertas kerja yang lain sebagai hasil aktivitas yang anak-anak selesaikan. Semua aktivitas telah disebut pada daftar, dan kolom berikutnya ditarik supaya anak-anak bisa memasukkan siapa yang biasanya mengerjakan tugas rumah tangga, siapa yang membantu, siapa yang tidak pernah dan pada umur berapa mereka belajar dan bisa belajar melakukannya. Kertas kerja tersebut berisi informasi terperinci pokok masalah yang telah diidentifikasi oleh anak-anak sebagai kehidupan mereka yang penting.
            Dari kota aku membawa kertas, bolpen berwarna, pensil, buku latihan, dan kamera agar mereka mampu menjalankan aktivitas task-based yang berbeda. Aku selalu membawa materi yang berbeda supaya aku bisa menggantikan guru-guru jika mereka tidak hadir, aku melakukannya secara teratur. Ketika guru hadir aku melanjutkan peranku sebagai asisten guru dan membaca diary anak-anak sambil mengamati kelas. Aku meluangkan waktu bermain dan berbicara dengan anak-anak selama waktu istirahat dan makan siang. Ketika aku gabung dengan permainan mereka, orang dewasa dan anak-anak berpikir ini menggelikan. Orang dewasa di Churquiales yang hampir tidak pernah bermain dengan anak-anak
            Keseimbangan harus dilakukan antara menjadi teman, seorang guru, asisten guru, orang dewasa, dan seorang peneliti. Aku harus fleksibel beralih antara perbedaan identitas ini. Sebagai contoh ketika mereka memintaku bermain di waktu istirahat aku menjadi teman mereka, tapi ketika di kelas mereka akan menanyaiku bagaimana mengeja kata tertentu membuatku lebih seperti seorang guru.
            Bagaimanapun, tidak semua anak mau bermain denganku dalam peran yang sama di situasi tertentu. Tambahan ekstra menunjukkan bagaimana aku membangun hubungan dengan Marianela yang berumur 10 tahun.

Marianela

Pertama kali aku bertemu Marianela, dia sembunyi dibelakang ibunya ketika aku tiba di rumah mereka, terkikih dengan tingkah yang memalukan. Dia adalah anak tunggal. Seiring waktu, dia menjadi lebih santai saat dia mengajariku permainan dan bermain teka-teki. Aku menemaninya memberi makan babi, memerah lambing, mengitari sapi-sapi, mengambil air dan mencuci pakaian di sungai. Satu malam, saat gelap, aku pergi dengannya mengitari sapi-sapi. Dia mengusulkan untuk mendaki bukit terdekat untuk melihat dimana sapi-sapi itu berada.
            Dia mengajakku menaiki bukit licin yang tinggi dan curam. Aku gugup sekali dan gelap dan aku takut jatuh di atas lubang. Marianela sebaliknya, dia bisa menemukan jalan gelap tanpa merasa ragu dan takut menapaki sisi gunung. ‘Ayo’, katanya, ‘Kamu tidak akan jatuh’. Aku tidak yakin. Dia memaksaku dan mengulurkan tangannya, aku menyambutnya. Aku merasa seperti anak-anak yang takut dilindungi oleh anak kecil yang berperan sebagai orang dewasa.
            Selama perjalanan, dia mengatakan bagaimana dia lebih baik dengan ayahnya ketimbang ibunya. Ayahnya berkata untuk membawa sapi-sapi tiap hari jadi dia pergi tanpa diingatkan ibunya: ‘Itulah mengapa ayah memberiku uang 1,5 Bolivianos (sama dengan 20 pen) waktu luang dipagi hari saat berangkat sekolah, dan apapun yang aku beli aku bagi dengan saudara-saudaraku. Dia tidak memberi mereka uang karena mereka tidak banyak membantu. Marianela menjelaskan bahwa ibunya merasa terganngu karena ayahnya memanjakannya, tidak juga yang lain. Dia memarahi Marianela, kadang juga memukulnya. Kadangkala sulit menerima orang yang kusanjung berlaku tidak wajar. Meski demikian, menjaga keprofesionalan penelitian berarti bahwa aku harus berusaha menjaga jarak. Bagaimanapun bukan proses yang mudah, terutama terakhir aku menganggap mereka sebagai teman.
            Sementara hubunganku dan Marianela semakin jauh dimana dia mulai menceritakan rahasianya. Menikmati kebersamaan di rumah, menemaninya mengerjakan tugas atau mempelajari lagunya dan permainan, di sekolah hubungan kami sungguh berbeda. Di sekolah, dia menjaga jarak, memperlakukanku seperti guru: memberi salam dengan sopan, tapi agak berbeda di pagi hari dengan sapaan ‘Hello’.

            Aku senang Marianela memperlakukanku berbeda dari Dionicio saat di sekolah. Di tempat umum, dia menjaga jarak denganku, mengingat Dionicio senang menunjukkan hubungan kami. Perbedaan keduanya membuatku sulit mengetahui bagaimana bertingkah yang sesuai dengan anak-anak. Menjadi orang dewasa, namun ingin melakukan hal yang benar di mata anak-anak, bisa menjadi masalah. Solusiku adalah mengikuti anak-anak dan membiarkan mereka memutuskan hubungan kami di konteks yang berbeda. Yang paling penting bagi peneliti dewasa adalah mencoba mengerti situasi dari sudut pandang, dengan mendengarkan mereka, mengamati dan membalas tingkah laku mereka.

Menyatukan metode-metode
Anak-anak pedalaman terutama cenderung malu dengan orang luar dan tidak terbiasa berbincang dengan orang lain (kecuali di sekolah atau di rumah). Pengamatan partisipan semu memberi jalan untuk mencari tahu anak-anak lebih baik dan membangun kepercayaan. Dengan partsipasi semu dengan anak-anak, aku belajar banyak dan memahami aktifitas mereka. Sebagai contoh, aku bisa merasakan beratnya air yang dibawa oleh mereka, dan menggendong belakang beban kacang polong di saat panen tiba. Aku menjadi saksi kemampuan mereka mendaki bukit yang curam, menemukan jalan yang gelap, mengidentifikasi para hewan dan mengumpulkannya.
            Sejak aku tinggal dengan mereka, aku seringkali menemaninya mengerjakan tugas, dengan tidak menampakkan adanya wawancara. Suatu misal jika aku menanyakan tentang pekerjaan yang mereka lakukan, banyak aktifitas yang seharusnya tidak dilakukan, namun mereka tidak menganggapnya demikian. Pengamatan juga perlu untuk menangkap suatu konteks kerja dan negosiasi yang mereka lakukan saat mengizinkan melakukan perekaman terhadap aktifitas mereka. Sebagian besar terdapat perbedaan antara kata dengan yang mereka lakukan dan di praktisnya, perlu dimasukkan dalam metode pengamatan.
            Bagaimanapun kerugian pengamatan partisipan semu adalah bisa melihat kasus yang sama hanya dalam jumlah anak yang terbatas, yang memerlukan suatu hubungan yang dilandasi kepercayaan (Reynold 1986). Sulit membandingkan perbedaan jenis data yang diperoleh di situasi yang berbeda. Membuat kesempatan besar di lapangan tidak mudah direncanakan. Akibatnya, aku merasa penting menggunakan aktifitas penelitian task-based di sekolah dimana banyak anak-anak, agar memperoleh teknik informasi lebih cepat (Boyden dan Ennew 1997: 107).
            Selama periode kerja lapangan aku mengunjungi sampel 18 rumah tangga dengan teratur. Tujuan mengulangan kunjungan rumah tangga adalah untuk memonitor strategi pata pencaharian, dan membawa wawancara berkesan informal dengan topik yang berbeda.
            Kerugian utama kunjungan ke rumah adalah mereka banyak makan waktu dan menjatuhkan privasi partisipan. Jika mungkin aku juga ikut membantu keguatan mereka dengan melakukan wawancara informal tanpa mengganggu pekerjaan rutin mereka. Sebagai contohm di dapur aku berbicara dengan seorang wanita sambil menyiapkan makanan, atau sambil membantu mengupas tomat.
            Sebagian besar data rekaman segera di dapat setelah pengamatan atau wawancara informal untuk menjaga interaksi sebaik mungkin. Bagaimanapun, selama pengamatan partisipan semu sulit merekam kutipan yang nyata, kecuali dua rumah tangga tempat aku menginap, di sana banyak kesempatan menulis catatan. Karena jenjang pertamaku di Universitas belajar bahasa Spanyol dan Amerika Latin, kelancaranku pada bahasa membuatku bisa merangkai alat penelitian dalam bahasa Spanyol. Kecakapan bahasa juga perlu dalam membawa penelitian etnografi, hubungan penelitian berkembang dengan jalan yang sama lewat penerjemah. Walaupun lancar bahasa Spanyol, namun kosakata bidang pertanian juga dengan cepat dipelajari. Aku tidak bisa dengan tepat menerjemahkannya dalam bahasa Inggris. Akibatnya terjemahanku kadangkala regabung secara fleksibel sesuai selera bahasa lokal, meski tetap aku beri kata-kata aslinya ke dalam catatan kaki.
            Aku memilih untuk tidak menggunakan alat rekam , terutama karena bukan pilihan praktis ketika saya selalu menemani mereka dalam melakukan wawancara informal. Selama wawancara struktur semu aku tidak ingin membuat responden merasa lebih sadar diri, khususnya karena mereka tidak biasa diwawancarai dan todak akrab dengan alat rekaman. Akibatnya aku menulis cepat berusaha menghafal dan belajar menulis dengan cepat menjaga kontak mata dan percakapan yang mengalir.
            Kira-kira tiap sepuluh hari aku menarik diri dari komunitas untuk meluangkan waktu dua hari di kota Tarija, merefleksikan pemerolehan data sesuai peranku sebagai peneliti. Kopian huruf terperinci  terkirim ke rumah dengan teratur sebagai penggambaran hubungan alamiah di lapangan, perbedaan kultur, ketidakyakinan, bahagia, dan dilema hidup di lapangan. Semuanya sebagai bukti yang bermanfaat dalam merekonstruksi perubahan alan kerja lapangan dan proses intelektual yang melingkupi.

Ringkasan
Bab ini telah menunjukkan beberapa keuntungan dari menggabungkan jarak metode kualitatif. Tiap metode memiliki keuntungan dan kerugian. Pencarian pertanyaan dan tema menentukan pilihan metode. Sebagai contoh proses negosiasi antara orang dewasa dan anak-anak tidak bisa digambarkan dengan sebuah gambar, foto atau diagram, tapi diperlukan untuk pengamatan, tulisan dan tentang pembicaraan. Isu praktis juga menentukan pilihan metode-metode. Pemgamatan partisipan semu dan rumah tangga yang time-consuming dan hanya sebagian kecil anak-anak, tidak seperti metode task-based seperti di dalam aktifitas kelas.
            Metode visual menggunakan gambar, foto dan teknik PRA sebagian besar bermanfaat dalam menjelaskan tingkatan penelitian investigasi luas dan mencari definisi aspek penting kehidupan anak-anak. Metode menulis diary dan kertas kerja digunakan untuk menguji isu-isu yang diangkat anak-anak secara detail. Kunjungan rumah tangga berguna sebagai pandangan dunia sosial, maka digunakan pengamatan partisipan semu sebagai pelengkap metode lain, mengkonfirmasikan apakah anakanak dalam praktis benar adanya, dan pemahaman yang besar mengenai kehidupan anak-anak di pedalaman dalam konteks yang berbeda.
            Sebagai tambahan, bab ini mengeksplorasikan beberapa kesulitan perkembangan penelitian yang berhubungan dengan lapangan, kunci dalam membangun  hubungan secara fleksibel dengan konteks penelitian tertentu. Bab ini juga fokus pada negosiasi peran peneliti dan pentingnya alih antara identitas menurut kebutuhan setting penelitian dan pilihan subyek penelitian. Peneliti seharusnya menyiapkan waktu dan membuat momen kesempatan kembali pada partisipan, membiarkan hubungan yang bermutu untuk mengembangkan kepercayaan. Peneliti etnografi seharusnya juga siap membawakan wawancara informal dengan aktifitas keseharian mereka. Bagaimanapun, untuk menjaga kesadaran mengembangkan hubungan alam penelitian lapangan, detil rekaman seharusnya dijaga tidak hanya perubahan pikiran peneliti, perasaan, dan pengamatan juga reaksi partisipan pada proses penelitian.

Komentar

Postingan Populer